Friday, June 6, 2008
posted by nca at 10:32 AM

Salah satu yang saya sukai dari efek pekerjaan saya, adalah karena saya relative gampang utk mendapatkan majalah gratis.
Jadi, ketika saya sedang bosan membaca buku, seperti sekarang ini. Saya memilih utk melihat2 glossy magazine. Enggak terbatas majalah perempuan saja (segala usia), terkadang mereka juga menyelipkan majalah2 pria. Dan saya menyukainya.
Saya terbiasa membaca majalah2 perempuan, jadi ketika membaca majalah2 pria ini, saya seperti melihat ‘the other side of mind set’. Memandang dunia dari angle yang berbeda. Bahkan termasuk ketika mereka membahas “tips utk membaca apa yang ada di pikiran kami—para perempuan” mahluk yang mereka kira sangat sulit dimengerti ini, dan ketika saya sepakat dengan isi tulisan mereka, maka saya mengangguk2 tanda setuju, seolah2 para redaktur dapat melihat gerakan saya.
Meskipun saya sangat menikmati beberapa majalah pria ini (btw, sangat langka majalah pria yang memang layak baca) tetapi setelahnya saya mempunyai pertanyaan besar dikepala.
Walaupun Di majalah lifestyle utk pria dibahas bagaimana cara berpakaian yang baik dan apa saja gadget yang OK, mereka juga membahas sedikit tentang politik dan artikel2 lain yang singkat, jelas tetapi berbobot ringan, sesuai dengan hakikat jenis medianya sebagai sebuah glossy magazine.
Tetapi coba bandingkan dengan majalah lifestyle perempuan. Dengan target market yang sama: professional, single tanpa anak, sukses, fashionable, modern, health-concern, SES A. maka di majalah perempuan, anda tidak akan menemukan berita tentang politik..
Hfff..mana persamaan hak, yang selama ini digembargemborkan? Jika dari majalahnya saja sebagai alat pengaruh massa, tidak bisa menunjukkan hal tersebut, iya gak?
:P